Powered By Blogger
Add to Technorati Favorites

Al Quran's verse

(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'd, ayat 28).

Search Engine

Thursday, December 08, 2005

Cerpen: Wanita Tua Itu...

"Uh…oh…uh…akhkhhhh……tidaaaaaak…!!!"

"Hah…hah…hah…" Terengah-engah nafasku seperti habis mengejar sesuatu dengan detak jantung yang terus menderu-deru. "Dug dug…dug dug…dug dug…!". Sudah kedua kalinya mimpi ini terulang didalam tidurku dengan kejadian yang serupa dimana aku melihat seorang wanita tua dengan wajah tidak begitu jelas tertabrak sebuah mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi. Sebelum wanita tua itu tertabrak, sekilas wajahnya menoleh kepadaku dengan senyum bahagia seperti merasa telah puas akan sesuatu. Ya..., mimpi itulah yang tergambar di dalam tidurku untuk kedua kalinya.

Jantungku terus berdetak sembari memikirkan apa makna dari mimpi tersebut…, tapi…, "Ah…itukan hanya sebuah mimpi…" begitu pikirku. Langsung aku bangkit dari tempat tidur dan merapikannya, kemudian beranjak pergi menuju kamar mandi…, "Byurrr…byurrr…”. “ah segarnya…".

Setelah mandi dan berpakaian rapi, kusambar tas kerjaku tanpa menyisakan sedikit waktu untuk sarapan pagi. "Dimaaan…, mobil sudah siap?" tanyaku kepada pembantu rumah. "Su…sudah, Pak!" teriaknya. Kuhidupkan mesin mobil, lalu tidak lama kemudian, perlahan kujalankan mobil menuju pintu gerbang di depan rumah. Secara otomatis pintu gerbang di depan rumah terbuka…dan tiba-tiba…, aku dikejutkan oleh seorang wanita tua dengan pakaian lusuh dan kotor, rambutnya semerawut hampir menutupi sebagian wajahnya, sedang memeluk sebuah tas kecil berwarna biru muda - warna kesayanganku - menghalangi jalan mobilku. Tatapan matanya menyorot tajam kepadaku seolah-olah ingin berkata sesuatu denganku. "A…a…a…" suara gagu dari wanita tua itu berusaha ingin berkata-kata. Dengan tangannya yang kotor, wanita tua itu menjulurkan tas kecilnya kepadaku supaya aku mengambilnya. "Man…Dimaaan…" kupanggil pembantuku. Dengan tergopoh-gopoh dia datang menghampiriku. "A…ada apa Pak?" tanyanya. "Coba kau halau wanita itu, aku sudah telat nih!" perintahku. "I…iya Pak" kata Diman. Setelah wanita tua itu dihalau oleh Diman, langsung kutancap gas melajukan mobilku dengan cepat menuju kantor. "Dasar pengemis…" kataku mengumpat.

Setelah hari sudah sore. "Hmmm…, waktu sudah sore nih, sudah waktunya pulang" kataku dalam hati. Kubereskan semua berkas-berkas penting pekerjaanku lalu kupanggil Shanti, sekretarisku, untuk bilang bahwa aku mau pulang.

Sesampainya aku di depan pintu gerbang rumah, kulihat wanita tua yang tadi pagi menghalangi mobilku tertidur di pinggir pagar dengan keadaan duduk sambil meluruskan kedua kakinya, sedangkan kedua tangannya memegang erat tas kecil berwarna biru muda itu, yang didekapkan ke dadanya. Selintas aku jadi iba melihatnya, tapi akhirnya aku tidak memperdulikan wanita tua itu dan langsung masuk ke dalam rumahku yang mewah.

Setelah berada di kamarku, aku pergi mandi dan kemudian ketika tubuhku terasa letih, kubaringkan badanku di atas kasur empuk berisi bulu angsa yang kupesan dari Belanda, dan…akhirnya aku tertidur. “zzz…zzz…zzz”.

"Ah…uh…oh…akhkhhhh……ti…tidaaaaaak…!!!".

Lagi-lagi mimpi buruk itu terulang kembali untuk ketiga kalinya, dan kali ini wajah wanita tua yang berada di dalam mimpiku sangat jelas sekali wajahnya, yaitu…, sama persis seperti wanita tua yang berada di depan pintu gerbang rumahku. "Huh dasar unlucky…" kataku dalam hati. "Kenapa ya…, aku jadi bermimpi tentang wanita tua itu? Ada apa ini…?" tanyaku dalam hati untuk menebak arti dari mimpi tersebut.

Aku berdiri dan menuju pintu kaca yang menghadap ke pintu gerbang depan rumahku. Kulihat di sana jalan telah sepi, tidak ada satupun kendaraan yang melintas di sana. Lalu aku turun ke lantai bawah dan keluar menuju pintu gerbang depan rumah, kubuka gerbang dan kucari wanita tua yang tidur di samping pintu gerbang. Namun, setelah kutelusuri daerah depan rumah, ternyata wanita tua itu sudah tidak ada. "Kemana dia…?" pikirku. Rasa penasaran di dalam diriku timbul untuk mencari wanita tua itu, langsung saja kubangunkan Diman untuk menyiapkan mobil dan kuajak dia ikut serta untuk mencari wanita tua tersebut. "Brrrmmm….." mobilku melaju.

Pertama, kukelilingi komplek dilingkungan perumahan, setelah selesai keliling komplek dan ternyata wanita tua itu memang tidak ada di sana, maka kuputuskan untuk mencarinya diluar komplek. Langsung kutuju tempat-tempat pemberhentian bus atau halte yang biasa dijadikan tempat tidur bagi pengemis dan gelandangan.

Dua jam berlalu, namun wanita tua itu tidak juga ketemu. "Huh…kemana dia ya….?" hatiku terus bertanya-tanya. Tiba-tiba Diman menyeletuk, "Pak…, sebaiknya kita pulang saja karena sebentar lagikan Bapak sudah waktunya kerja di kantor…biar saya saja nanti yang mencari wanita tua itu". "Ok deh…" kataku.

Akhirnya kami pulang ke rumah dengan tangan hampa. Sesampainya di dalam komplek perumahan dan sebentar lagi sampai di rumahku, tiba-tiba dengan kerasnya Diman berteriak, "Pak! Pak…! Itu dia Pak! Wanita itu! Dia berjalan menuju ke rumah Bapak…". "Mana…mana…? Oh iya ya…" timpalku. Saat kendaraan kami mencoba menghampiri wanita tua itu, tiba-tiba dari arah belakang mobil kami, melintas sebuah mobil kijang dengan kecepatan sangat tinggi dengan suara musik yang kuat sekali. Mobil kijang itu melaju terlalu cepat dan pada akhirnya menabrak wanita tua tersebut. Wanita tua itu terlempar ke samping dan tergeletak di pinggir jalan, sedangkan mobil kijang yang telah menabraknya langsung saja kabur. Kami berdua terpaku dibuatnya…terdiam membisu.

Kemudian setelah kejadian tersebut, aku dan Diman langsung berhamburan keluar mobil, menghampiri wanita tua itu untuk memberi pertolongan. Kulihat tubuh wanita tua itu telah berlumuran oleh darah yang keluar dari kepala dan tubuhnya. Kuangkat tubuh tua yang sudah lemah itu untuk secepatnya kubawa ke rumah sakit, namun, sebuah tangan menarik bajuku dengan lemah, dan kulihat wanita tua itu membuka matanya…lalu perlahan dia tersenyum melihatku, tangannya menunjuk sebuah tas berwarna biru muda yang terjatuh. Diman langsung mengambil tas itu dan menyerahkannya kepada wanita tua itu. Wanita tua tersebut menyerahkan tas kecil berwarna biru muda itu kepadaku dengan sebuah senyum puas di wajahnya, kuambil tas itu, lalu dengan perlahan…, wanita tua itu menutup matanya dan…menghembuskan nafas yang terakhir.

Dalam keadaan gemetar dan keringat dingin yang keluar dari tubuhku, ditambah dengan perasaan bingung, kubaringkan tubuh wanita tua itu yang sudah tidak bernyawa lagi ke pinggir jalan. Perlahan aku buka tas kecil itu dan kucoba mengambil isinya…, ternyata isi tas kecil itu hanyalah sebuah foto dan sebuah surat keterangan yang berasal dari Rumah Sakit Jiwa. Kuamati gambar di foto itu…, "Hah…?" hatiku kaget, karena gambar foto itu sama persis dengan gambar foto keluargaku yang tersimpan rapi di lemariku, dimana disitu tergambar sepasang orang tua yang masih muda sedang menggendong anak kecil tersayang mereka, yaitu aku…, ya…, sepasang orang tua yang masih muda itu adalah kedua orang tuaku. Aku ingat, bahwa sebelum ayahku meninggal saat aku masih remaja, beliau pernah berkata bahwa ibuku telah meninggal saat aku masih kecil.

"Namun…, siapakah wanita tua yang tewas ini? Mengapa dia sampai bisa memiliki foto keluargaku?" pikiranku bergejolak. Kemudian aku mengarahkan pandanganku kearah wanita tua itu, kubersimpuh di hadapannya…, dengan perlahan…, kubersihkan darah di wajahnya…dan kuseka rambutnya…, kuperhatikan dengan seksama wajah tuanya…, kubandingkan dengan wajah muda ibuku di dalam foto tersebut…, dengan tubuh yang bertambah gemetar… dan keringat dingin yang terus bercucuran…, kulihat wajah wanita tua itu sama persis dengan wajah ibuku di dalam foto……, sesaat aku terdiam……, lalu…, "IIIIIBUUUUUUUUUUUU……!!!" teriakku sekeras-kerasnya seakan ingin membelah langit atas kesedihan yang kudapat sambil memeluk erat tubuh wanita tua itu yang ternyata adalah Ibuku.

(Hormatilah…, sayangilah…, dan peliharalah kedua orang tua kita…, selagi kita masih mampu untuk itu…sampai akhir hayat mereka…dan do'akan selalu apabila mereka telah tiada)


Fadllan Achadan
8 Desember 2005,
Aligarh – India.

1 comment:

Anonymous said...

Waduh mas fadhlan, cerpennya bagus amat...sampai mau nangis aku. Endingnya itu loh muantap, aku aja ampe merinding bacanya. Sekali lagi TOP ABIS!!!
Koq gak di kirim ke visi PPI? kan sesuai tuh...
Ditunggu lho karya2 berikutnya. Liat blogku juga ya...

Search Engine