Powered By Blogger
Add to Technorati Favorites

Al Quran's verse

(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'd, ayat 28).

Search Engine

Tuesday, February 28, 2006

Cerpen: Antara Mahasiswa, Preman dan Seorang Bapak

Di suatu siang hari bolong di musim panas, udara panas yang menyengat telah membuat semua orang yang hilir mudik di jalan raya kelimpungan. Bayangkan, 40 derajat celcius! Siapapun orangnya pasti akan tersiksa kegerahan. Tidak heran warung es tebu, warung lassi dan warung cold drink lainnya telah ramai dikunjungi oleh pembeli.

Saat itu juga, saya beserta teman-teman yang satu perjuangan menuntut ilmu di negeri "Ghandi", juga tergiur untuk menikmati cold drink berjejer bak Pragawati yang berjalan di catwalk dengan menawan. Terbayang begitu nikmat bila minum cold drink di siang hari bolong dengan udara panas sambil menikmati pemandangan di jalan raya.

Saat asyik menikmati cold drink dan lassi, tiba-tiba jalan raya menjadi macet mendadak. Mobil, motor, Rikshaw dan sepeda terhenti laju jalannya. Anak-anak sekolah yang menaiki rikshaw telah terlihat tersiksa oleh temperatur yang sangat panas itu, mereka kegerahan dan kehausan, namun apa daya, jalan telah menjadi macet.

Rasa keingin-tahuan saya dan teman-teman terusik juga, "Ada apa gerangan?". Kami-pun akhirnya keluar dari warung penjaja minuman untuk melihat "sikon" yang terjadi.
"Wuih..., panjang tenan, Rek!!!" kata Joko, mahasiswa dari Jogya yang
mengambil Ilmu Matematika.

"Iya bener, gila..., kok jadi macet begini!!!" kate Ical, mahasiswa dari Jakarta yang mengambil Ilmu Psikologi.

"Masya Allah..., bukan main..., panas-panas begini pakai macet segala" kata saya, mahasiswa dari Aceh yang mengambil Ilmu Ekonomi.

"Cal..., yok kita tengok dhi sana..., sepertinya adha sesuatu yang membuat jhalan ini machet" kata Joko dengan logat Jhawa-nya.

"Bener juga tuh..., gue jadi penasaran ade ape. Yuk, Min! Kita liat!" kata Ical menarik tangan saya.

Sesampainya di tempat kejadian, ternyata ada seorang preman yang sedang marah-marah sama tukang biryani. Selidik punya selidik, ternyata preman itu tidak mau bayar makanan yang telah dilahapnya. Jadi mereka ribut sampai ke tengah jalan.

Melihat kejadian yang seperti itu, Ical jadi gatel juga tangannya untuk ikut campur, apalagi dilihatnya ada preman yang mau bikin kacau, maklumlah, Ical ini dari keluarga turunan Pendekar, jadi tidak bisa melihat kesewenang-wenangan yang terjadi di depan matanya. Tanpa kami sadari, Ical telah berada di antara si Penjual biryani dan si Preman.

"Eh, Bang..., ade ape lu bedua..., elu pade kagak tau ape ni jalan jadi macet gare-gare lu pade!" hardik Ical dengan logat betawinya.

"Hei anak kecil!!! Jangan ikut campur urusan aku, minggir kau!!! hardik si Preman sambil mendorong Ical.

"Hei..., kagak bisa bang..., elu sudah sangat salah dan kudu diberi tau. Elu sudah makan kagak bayar, eh malah bikin ribut di sini sampe ni jalan jadi macet!!!" hardik Ical lagi sambil membalas dorongan si Preman dan menyuruh si Penjual Biryani minggir.

"Hei Bangsat!!! Kau anak kecil belum pernah dihajar ya! Aku ini preman di daerah ini. Aku punya authority di tempat ini. Jadi terserah aku, mau makan tidak bayar, mau minta duit ke orang-orang, mau bicara keras-keras..., aku punya HAK!!!" kata Preman yang kini sudah berhadapan dengan Ical.

Melihat situasi yang menjadi tidak karuan itu, Joko menjadi cemas juga, dia berusaha mau menarik Ical, pergi dari tempat kejadian itu, tapi saya melarangnya, karena saya juga mendukung tindakan Ical yang mau membenahi kesewenang-wenangan yang terjadi di sini. Jadi, kalaupun Ical sampai bentrok sama Preman itu, mau tidak mau, saya-pun harus berhadapan dengan Preman itu juga untuk menolong Ical.

"He anak kecil!!! Mau minggir nggak!!! Sebelum aku nampol bogem mentah di muka kau!!!" Preman itu menjadi mengancam.

"He he he he he..." Ical malah cengengesan. "Boleh juga, mari kite adu kemampuan kite, siape yang tahan di sini, he he he..." Ical langsung ambil kuda-kuda yang mantap seraya siap-siap mengeluarkan jurus Cimande ajaran Kakeknya yang turun menurun telah dikeramatkan.

"HHHIIIIAAAAAT!!!" si Preman mengeluarkan tonjokannya.

"Zeb zeb zeb..." si Ical mengelak mundur selangkah. "Ayo, Bang..., keluarkan lagi kemampuannye..., sampe berape jurus lu bisa!!!" si Ical sengaja membuat panas hati si Preman. Gimana enggak panas..., di siang hari bolong dengan udara yang membakar, ada mahasiswa tanggung yang mencoba menghalangi maksud di Preman. Bukan main..., pasti sangat panas tu hatinya Preman.

"HHHIIIAAAAAT...., BRAKK BRAAKKK DUUUKKK!!!" si Preman kembali mengeluarkan tendangan ala Bruce Lee nya yang akhirnya malah menerobos menendang meja dan dinding.

"Aduh...aduhhh... huuuu kakiku...." rintih si Preman kesakitan.

Melihat si Preman lagi kesakitan dan terlihat lengah. Ical datang menghampiri. "He he he..., baru segitu kemampuan elu, baru kena meja sama dinding aja udeh mengaduh kesakitan, apalagi elu kena kaki gue ni..." kate Ical mengejek.

"Heiii..., ada apa nih!!!" tiba-tiba ada seorang Bapak-bapak yang telah berumur langsung melerai mereka berdua. Setelah diterangkan sama Ical mengenai kejadiannya. Bapak itu langsung meminta Ical menyudahi permasalahan itu dan meminta kami pulang. "Biar saya yang mengurus Preman kampung itu" kata Bapak tadi. Lalu Preman tersebut dibawa oleh Bapak tadi beserta Tukang biryani untuk dibawa ke kantor Polisi.

Akhirnya..., jalan raya-pun kembali mengalir seperti biasa dengan tatapan semua orang yang tertuju kepada kami.

"Cal!!! Gila engkau yah..., berani benar engkau mau ngapain Preman itu. Kalau dia dendam dan bawa temannya bagaimana?" kata Joko was was.

"Joko..., Joko..., kita itu sebagai mahasiswa harus berani menentang ketidak-adilan dan kesewenang-wenangan, jangan takut! Jangankan Preman, Pejabat yang tidak mau dikritik dan tidak mau bertindak benar-pun harus kita lawan!!!" kata Ical dengan nada berapi-api. "Benar kagak, Min!!!" kata Ical seraya minta dukungan dari saya.

"Benar-benar..., kita harus berjuang untuk berusaha menjadikan lingkungan kita bersih dan sehat dari hal-hal yang buruk yang dapat membuat kesehatan kita terganggu" jawab saya enteng.

"Tuh, kan..., Amin aje ngedukung ape tindakan gue. Ha ha ha...gue jadi puas ni hari, bisa olah raga!"

"Ha ha ha ha ha........" Akhirnya kami bertiga pun tertawa bersama.

"Ical...Ical..., dasar Betawi!" kataku dalam hati.

"Hei..., minum lagi yuk!!! Gue jadi tambah haus ne...!" ajak Ical.


Oleh: Fadllan Achadan.
28 Februari 2006, 14.00 Waktu India.
(Ba'da Melihat Milis PPI India).

No comments:

Search Engine