Powered By Blogger
Add to Technorati Favorites

Al Quran's verse

(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'd, ayat 28).

Search Engine

Saturday, May 20, 2006

Menjadi Orang yang Bahagia

Kebahagiaan merupakan suatu hal yang selalu dicari-cari oleh setiap manusia. Karena nilai kebahagiaan dapat membuat hati menjadi senang, tenang dan tentram alias tidak grasak-grusuk dipenuhi oleh kegelisahan hati. Mengapa manusia selalu mencari-cari kesenangan untuk kebahagiaan? Jawabannya adalah karena manusia telah dilahirkan dengan serba ketidak-tahuan (La Ta'lamuna Syai an) maka manusia secara "otosmastis (istilah yang selalu digunakan teman saya, Bang Asnadi)" memiliki sifat ingin tahu yang serba tinggi.

Atas dasar rasa ingin tahunya itu, banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencari kesenangan untuk kebahagiaan. Ada yang berusaha menjadi orang baik dengan banyak beramal. Ada yang pergi ke bioskop, ke diskotik, ke kafe-kafe, ke masjid dan lain sebagainya. Ada yang menggunakan obat-obatan seperti ganja, heroin, opium dan lain sebagainya. Ada pula yang selalu ingin menyaingi orang lain dalam segala hal, apapun akan dilakukan asal saja orang yang disainginya menjadi tidak lebih baik dari dirinya. Pokoknya, banyak cara manusia untuk mencari nilai suatu kebahagiaan.

Beberapa Ulama telah membagi sebuah kesenangan dengan dua tingkat bagian, yaitu:
1. Lazaat (Kepuasan); Apabila telah nyata sesuatu itu didapat olehnya, maka akan puaslah dirinya.
2. Sa'adah (Kebahagiaan); Apabila telah nyata sesuatu itu dikenalnya, maka akan bahagialah hatinya.

Nah, kalau menurut Imam Besar Al-Ghazali, puncak tertinggi dari sebuah kepuasan dan kebahagiaan itu terdapat pada "Ma'rifatullah", yaitu mengenal Tuhan Yang Maha Esa. Dengan segenap kepandaian Filsafat, Manthik, keindahan dan pengalamannya, Imam Al-Ghazali menyatakan nilai Ma'rifatullah itu, yaitu: "Rasa puas karena mengetahui sesuatu ialah menurut thabi'at kejadian sesuatu itu. Kepuasan mata ialah karena melihat sesuatu yang indah rupawan. Kelezatan telinga ialah karena mendengar suara yang merdu. Keasyikan hidung ialah karena mencium sesuatu yang wangi nan harum. Maka, segala indera yang terdapat di dalam tubuh akan merasakan kepuasannya masing-masing menurut imbangannya. Nah, pusat indera adalah hati, maka semua kepuasan dan kebahagiaan akan di nilai oleh hati. Dengan demikian, puncak Ma'rifatullah akan ditandai oleh kepuasan dan kebahaiaan hati karena telah mengetahui pokok pangkal segala kejadian, pokok pangkal segala keindahan. Itulah Allah SWT, Yang Maha Indah Wajahnya."

Kita mungkin akan merasa senang apabila dapat berjumpa dengan Gubernur, Menteri, dan Presiden, sehingga ada rasa bangga dan gembira di hati. Maka, bagaimana bila kita berjumpa dengan Tuhannya Gubernur, Tuhannya Mentri, dan Tuhannya Presiden? Itulah kepuasan dan kebahagiaan yang tidak ada kepuasan dan kebahagiaan lagi di atasnya.
Itulah ujungnya segala kebahagiaan.

Pantaslah, mengapa salah seorang Sufi Wanita, Rabi'ah Al-Adawiyah, tidak mau menginginkan hal-hal yang lain selain Allah SWT saja. Karena Beliau telah tahu, kesenangan dan kebahagiaan yang ditimbulkan oleh yang lain-lain itu adalah kesenangan dan kebahagiaan yang semu belaka. Hanya kesenangan dan kebahagiaan yang sumbernya dari Sang Maha Pencipta saja yang dapat benar-benar memuaskan hati setiap insan karena itu bernilai hakiki.

No comments:

Search Engine