Powered By Blogger
Add to Technorati Favorites

Al Quran's verse

(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'd, ayat 28).

Search Engine

Tuesday, October 31, 2006

Riwayat Hidup Singkat "H. MAS MUCHAMMAD SYA’RANI"

Salam’alaikum Wr. Wr., para pembaca.

Untuk kali ini, saya ingin memaparkan sebuah Riwayat Hidup Singkat dari Uyut (Ayahnya kakek saya dari pihak Ibu) saya, yang semoga Allah SWT, selalu merahmati beliau.

H. Mas Muchammad Sya’rani, dilahirkan pada tanggal 25 Mei 1900, di Ciruas – Serang – Banten. Beliau merupakan putera tertua dari pasangan Mas Machdjum dan Nyi Asyifah, dan mempunyai 7 orang saudara/i.

Beliau hanya sempat menyelesaikan pendidikannya di Normal School, Cirebon. Namun beliau senantiasa berusaha memperdalam pengetahuannya di berbagai bidang, khususnya yang menyangkut bidang keagamaan dan pengetahuan kemasyarakatan secara otodidak. Beliau gemar sekali mengisi waktu senggangnya dengan membaca maupun menghadiri majelis-majelis ta’lim dan bersilaturahim dengan para kiayi di berbagai pesantren.

Kegemaran beliau akan ilmu pengetahuan telah membawanya ke dunia pendidikan dan memilih dharma baktinya menjadi seorang guru yang tidak mengenal keluhan dan tahan uji. Beliau dikenal sebagai seorang guru yang memiliki semangat pengabdian sangat tinggi, berpandangan luas, penuh toleransi dan persahabatan dengan segenap golongan masyarakat luas. Sebagai salah satu gambaran toleransi beliau yang sangat tinggi adalah, di masa tahun 1950-an di kota Serang – Banten, beliau sebagai salah satunya orang pribumi yang selalu melayat dan turut mengantarkan teman/kenalan non pribumi (Cina) yang meninggal sampai ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Beliau juga dikenal senantiasa memegang teguh dalam akidah dan hal-hal yang bersifat prinsip terutama yang menyangkut kaidah-kaidah hukum tanpa mengurangi penghargaan dan kehormatan seseorang meskipun memiliki pandangan yang berbeda.

Perjalanan Haji beliau ke tanah suci Makkah al-Mukarramah, meskipun hanya dapat dilaksanakan sekali saja pada tahun 1958, telah mengubah cara dan gaya hidupnya yang semula bergaya “moderen” menjadi “konservatif”. Namun perubahan gaya hidupnya ini tidak menjadikannya berfikir “fanatis / sempit” ataupun mengurangi toleransi dan penghormatannya kepada orang lain.

Dalam kehidupan sehari-harinya, beliau amat bersahaja dan dikenal dekat dengan mempunyai rasa persahabatan yang hangat, baik dengan para Ulama khususnya yang setingkat dengan zamannya dan dengan yang lebih muda usia darinya, maupun dengan para tokoh “Jawara / Pendekar” serta dengan para tokoh masyarakat lainnya. Beliau acapkali menjadi tempat bertanya dan senantiasa menyediakan waktunya untuk orang-orang yang berkunjung kepadanya.

H. Mas Muchammad Sya’rani mempunyai pribadi yang senantiasa ingin memanfaatkan dirinya untuk hal-hal yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama. Sepanjang karier hidupnya sebagai seorang guru hingga menjalani pensiun sebagai Kepala Sekolah Rakyat Negeri No.1 di Serang dan beberapa tahun sebelum akhir hayatnya, beliau masih tetap menunjukkan kepeduliannya dalam usaha mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Beliau tidak ingin melihat bangsa Indonesia tetap dalam keadaan bodoh, tidak maju, sehingga mudah dijajah oleh bangsa lain. Untuk itulah dalam mengisi kehidupannya, beliau senantiasa peduli terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara, khususnya untuk menghilangkan kebodohan dan merestui putera-puterinya mendirikan sebuah Yayasan Pendidikan Al-Chasanah.

Beliau juga senantiasa terbuka dan senang hati memberikan pelajaran, ilmu serta nasehat-nasehat bagi yang memerlukannya. Beliau tidak segan-segan dan tidak kenal malu ataupun merasa rendah untuk mendengar fatwa-fatwa atau wejangan-wejangan maupun pandangan-pandangan dari para Ulama dan sesepuh masyarakat lainnya bagi kemajuan wawasan dan ilmu yang berguna. Kerendahan hati beliau, khususnya terhadap para Kiayi ataupun Ulama diwujudkannya dengan bentuk penghormatan dengan menempatkan mereka pada tempat yang utama.

H. Mas Muchammad Sya’rani berpulang ke Rahmatullah dengan tenang pada tanggal 9 Oktober 1993, sekitar pukul 17.50 (maghrib) WIB, di Jl. DR. Makaliwe, Grogol – Jakarta Barat (rumah salah seorang anaknya, H. M. Chasanul Iman, yang setia dan sabar merawat beliau). Beberapa waktu sebelum beliau wafat, beliau mengumpulkan seluruh putera dan puterinya yang masih ada dan berpesan, “TETAPLAH KALIAN BERSATU DAN JANGAN BERCERAI BERAI, SENANTIASA BERSAMA DALAM KEADAAN BAGAIMANAPUN JUGA UNTUK MENGHADAPI BERBAGAI KESULITAN.” Beliau telah dikaruniai oleh Allah SWT, sejumlah putera dan puteri dari perkawinannya dengan Hj. Chasanah binti Kiayi Haji Nasichoen, yaitu:

1. H.M. Oemar Sanusi (Alm.)
2. Hj. Atuchah Choefrani
3. H.M. Joesoef Effendi, S.H.
4. Siti Salsiah (Almh.)
5. H.M. Chasan Ibrahim (Alm.)
6. Hj. Maniatun Nufus Mustihar (Almh.)
7. H.M. Chasanul Iman
8. H.M. Zainal Arifin
9. Hj. Badariah Elman
10. H.M. Achsan Tholib, Sm Hk. (Alm.)
11. H.M. Wasal Falah, S.H.
12. Nura’eni Sulaeman
13. keguguran
14. H.M. Ichsan Kamil

Demikianlah Riwayat Singkat mengenai H. Mas Muchammad Sya’rani, semoga bermanfaat terutama untuk anak, cucu, cicit dan keturunan beliau. Aamiin ya Robbal ‘alamiin.

*** *** ***

10 Butir Nasehat H. Mas Muchammad Sya’rani kepada putera-puterinya
di awal tahun 1960-an.

1. Anakku, apabila engkau tidak ingin terkalahkan oleh siapapun juga, maka bertahajudlah engkau. Niscaya tidak seorangpun yang akan dapat mengalahkanmu.
2. Anakku, janganlah engkau mencari ilmu yang bersifat syirik atau membawa kea rah kesyirikan.
3. Anakku, hormatilah senantiasa gurumu itu, sekalipun engkau telah menjadi orang (cerdik pandai atau berpangkat). Janganlah sekali-kali engkau menyebutnya dengan “bekas guru”. Sesungguhnya tidak ada istilah “bekas guru” itu, ia tetap gurumu walaupun engkau sudah melebihinya. Terlebih lagi, ayahmu adalah seorang guru.
4. Anakku, apabila engkau diperintahkan oleh orang tuamu, maka bersegeralah untuk melaksanakannya dan jangan menunda-nunda serta jangan sekali-kali membantahnya. Seandainya perintah itu melanggar aturan/hukum (agama), hendaklah kamu tetap dengan penuh hormat untuk menolaknya.
5. Anakku, apabila engkau kurang pandai, engkau harus kaya. Kalau engkau tidak berpunya maka engkau harus pandai.
6. Anakku, bergaulah engkau seluas-luasnya tanpa memandang golongan dan berusahalah atau pandai-pandailah engkau mengambil manfaat dari semua teman pergaulanmu.
7. Anakku, ayahmu tidak akan menghalangi pilihanmu untuk menikah dengan siapapun, apakah ia Cina, Belanda, Inggris ataupun bangsa lainnya asal engkau dapat membawanya atau menjadikannya seorang muslim/muslimah.
8. Anakku, selagi engkau menuntut ilmu, janganlah engkau banyak bertanya mengenai syarat-syarat atau persyaratannya, lakukan saja apa yang telah diberikan kepadamu sepanjang gurumu itu tidak mengemukakan syarat-syaratnya. Karena itu merupakan kemurahan atau keringanan dari gurumu.
9. Anakku, ketahuilah, di zaman serba maju sekarang ini yang penting adalah bukan gelar kebangsawanan ataupun keturunan tetapi yang penting dan menentukan adalah ilmu, kekayaan dan kedigdayaan (ksatria/jawara). Maka usahakanlah engkau mencapai ketiga hal tersebut. Apabila engkau tidak mencapai ketiganya, minimal salah satu diantaranya. Dan janganlah sekali-kali engkau merasa diri yang paling pintar dan benar.
10. Anakku, biarlah seluruh manusia membencimu asalkan Allah SWT, tidak membencimu. Kalau engkau ingin berbahagia dunia dan akherat, serahkan/pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT.

No comments:

Search Engine