Powered By Blogger
Add to Technorati Favorites

Al Quran's verse

(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra'd, ayat 28).

Search Engine

Saturday, October 21, 2006

Biarkan anak bertanya

Sabtu, 21 Oktober 2006.

Setelah merasa puas bersepeda ria pada pagi hari di Bulan Ramadhan 1427 H. Aku mencari tempat istirahat yang nyaman untuk disinggahi sambil menunggu matahari pagi bersinar dengan cerah tuk merasakan kehangatan cahayanya. Setelah celinguk sana celinguk sini, pada akhirnya kuputuskan untuk beristirahat di pelataran alun-alun kota Banten yang cukup luas itu.

Saat mengistirahatkan badan dan membersihkan sepeda dengan lap kecil. Tepat di sebelah kananku, ada seorang bapak yang sedang memangku anaknya yang masih, kira-kira, berumur 4 tahun. Sepertinya mereka juga sedang menunggu saat-saat matahari menampakkan cahayanya menerangi kota Banten ini.

Pada saat itu juga, sang anaknya tersebut mengeluarkan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada ayahnya. Untuk beberapa pertanyaan awal, sang ayah nampaknya masih bisa menjawab pertanyaan dari anaknya tersebut, namun, setelah timbul terus pertanyaan-pertanyaan ringan yang baru dari sang anak, ternyata cukup membuat sang ayah kewalahan juga sehingga pada akhirnya sang ayah mengeluarkan kata-kata, “Huss! Jangan banyak ngomong, ah! Kan ayah sudah bilang jangan rewel kalau ikut ayah!”. Setelah mendapat jawaban seperti itu dari sang ayah, akhirnya, sang anak diam. Di keterdiamannya itu, terlihat kerutan di dahi anak tersebut. Nampak dari wajahnya ada rasa ketidakpuasan dan ketidaknyamanan dari dalam dirinya yang sebenarnya ingin ia dapatkan rasa tersebut dari sang ayahnya.

Melihat kejadian tersebut, hati saya langsung merasa iba melihat anak yang masih polos dan lugu itu. Betapa tidak, setelah mendengar beberapa pertanyaan, yang menurut saya, adalah pertanyaan cerdas, eh, sang ayah malah menyuruhnya diam karena anaknya tersebut dianggap rewel.

Sepintas, langsung saja saya ingat sebuah dialog antara seorang pemikir Islam asal Inggris, Mr. Ziauddin Sardar, dengan tiga orang reporter dari Republika yang membicarakan tentang masalah ‘masa depan dan agenda Islam’ di salah satu ruang di British Council.

Dalam dialog tersebut, Mr. Ziauddin Sardar, mengatakan bahwa, “Menurut saya, kebanyakan Muslim tidak benar-benar memahami nilai Islam. Mereka pikir nilai Islam itu hanya shalat, puasa, zakat. Mereka tidak berpikir bahwa bertanya itu adalah juga nilai Islam. Mereka tidak menjadikan bertanya sebagai kunci dari nilai-nilai Islam. Padahal, kalau Anda lihat al-Quran, di sana penuh dengan pertanyaan. Dialog pertama Nabi Muhammad SAW, saat menerima wahyu adalah bertanya. Saat Nabi diminta untuk membaca, beliau mempertanyakan, apa yang harus dibaca. Jadi mengapa kita tidak jadikan bertanya sebagai nilai Islam. Jadi, buat saya, bertanya itu adalah nilai dasar Islam.”

Nah, kalau menurutku, apa yang dikatakan oleh Mr. Ziauddin itu adalah suatu hal yang benar. Dimana tindakan bertanya itu juga merupakan nilai Islam. Maka untuk menumbuhkan nilai-nilai Islam di dalam diri seorang Muslim haruslah ditanam saat dia masih kecil atau bahkan semasa masih dibuaian. Bukankah saat seorang bayi yang menangis itu merupakan suatu pertanyaan yang diajukan kepada para orang tuanya untuk mengatakan, “Ayah/Ibu…, mana susuku? Aku haus nih,” atau “Ayah/Ibu…, mana makananku? Aku lapar nih,” atau “Ayah/Ibu…, mana perhatianmu? Aku mau digendong nih.”

Jadi…, wahai para orang tua yang mulia dan mudah-mudahan Allah SWT, selalu merahmati. Mari biasakan di dalam diri kita untuk mendidik dan membiarkan anak-anak kita selalu bertanya tentang apa-apa yang mau dipertanyakannya. Karena dengan pertanyaannya itulah, seorang anak akan belajar membaca dan berfikir sehingga akan sesuai dengan kehendak Allah SWT, dalam surah al-Alaq; ayat 1-5, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Jadi, kini tinggal kita sebagai orang tua atau calon orang tua yang harus selalu siap terhadap semua berbagai pertanyaan yang akan diajukan oleh semua anak-anak kita dengan memberikan jawaban-jawaban yang mendidik dan bermanfaat, sebelum Allah SWT, yang akan bertanya kepada kita perihal anak-anak kita. Semoga…, Allah SWT, memberikan kepada kita kesanggupan untuk melaksanakan sebuah amanah yang telah dipikulkan-Nya kepada kita semua. Aamiin aamiin ya Robbal’aalamiin. Wallahu ‘alam bishshowab.

1 comment:

Lukman Nul Hakim said...

Setuju Pak Fadlan. Mohon maaf lahir batin juga. selamat berhaji, semoga jadi haji yang mabrur. Amin.

Search Engine